Degradasi lingkungan hidup yang terjadi di Kota Pontianak dipengaruhi
sejumlah faktor. Salah satunya limbah manusia. Bahkan, sampah dinilai
mendominasi pencemaran lingkungan hidup kota dan menjadi sumber utama penyakit
diare.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan,
ada tiga indikator kondisi sanitasi di Kota Pontianak. "Ketiganya adalah
sampah, drainase, dan air limbah kotoran," katanya di Pontianak, Rabu
(6/6).
Edi menjelaskan, dari ketiga indikator tersebut, limbah kotoranlah yang
masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya pencemaran lingkungan.
"Ini dipengaruhi oleh rendahnya kontur tanah di Kota Pontianak, sehingga
air limbah kotoran dari septik tank dapat dengan leluasa merembes,"
ucapnya.
Menurut Edi, dampak dari rembesan septik tank ini akhirnya sampai ke
parit-parit dan anakan sungai. "Dari situ terjadi pencemaran lingkungan.
Padahal, mayoritas penduduk Kota Pontianak, khususnya di Kelurahan Sungai Jawi,
berdomisili di bantaran anakan sungai dengan sumber utama air dari
sungai," ujarnya.
Lebih jauh Edi menjelaskan, rembesan air dari septik tank itu menjadi salah
satu penyebab penularan diare di Kota Pontianak. Ini dikarenakan bakteri e-coli
yang berkembang biak di saluran air saat musim hujan tiba.
Selain faktor di atas, Dinas PU Kota Pontianak juga menemukan, selain oleh
limbah kotoran dari septik tank, pencemaran lingkungan disebabkan dari limbah
rumah makan yang dibuang langsung ke parit-parit tanpa proses pengolahan.
Begitu pula dengan limbah bengkel seperti oli bekas pakai yang langsung
dibuang ke parit-parit. Padahal, bengkel-bengkel kendaraan bermotor itu
tersebar di seluruh wilayah kota. Sebagian di antaranya beroperasi tanpa
pengolahan limbah yang jelas.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Edi, pihaknya akan segera membangun
instalasi pengolahan air limbah dengan sistem komunal. "Sebenarnya
instalasi pengolahan air limbah sudah kita diterapkan di Kota Pontianak seperti
di Pasar Dahlia dan rumah susun," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar